Senin, 23 Mei 2011

PENDAKIAN SALAHUTU-SIMALOPU.....!!! TAHUN 2004




Deskripsi:
Gunung Salahutu memiliki ketinggian 1.038 Mdpl. Gunung Salahutu bukan merupakan gunung berapi. Terletak di kabupaten Maluku tengah, kecamatan Salahutu, Desa Waai. sedangkan Gunung Simalopu memiliki ketinggian lebih tinggi dari Puncak gunung Salahutu. Gunung Simalopu bukan merupakan gunung berapi. Terletak di kabupaten Maluku tengah, kecamatan jazirah Leihitu.

Akses:
Keberangkatan: Dari terminal mardika Ambon naik angkot jurusan Desa Waai. Tarif/orang Rp. 10.000.- Kepulangan: Dari Desa Morela naik bus jurusan terminal mardika Ambon. Tarif/orang Rp.10. 000.-

Hari Pertama
Rute: Desa Waai-Waitasoi
Tim gabungan ini berjumlah 9 orang terdiri dari saya,Anok, Naser, Yas, Odang, Bayu,Hery dan dua orang yang saya lupa namanya. Tim berkumpul dan dilepas keberangkatan dari sekertariat Antegpala di Galunggung, kemudian berjalan menuju terminal mardika. Dari terminal mardika tim naik angkutan umum menuju Desa Tulehu. Perjalanan dimulai dari Desa Tulehu. Tim berjalan kaki melewati jalan raya Tulehu menuju Desa Waai. Setelah sampai di Desa Waai, kami melakukan persiapan terakhir sebelum memulai pendakian. Tim berkumpul di tepi jalan raya dan berdoa sebelum memulai pendakian.

Perjalanan untuk hari pertama dengan target tujuan adalah Wasitasoi. Perjalanan dilakukan pada malam hari dengan melewati beberapa tempat persinggahan diantaranya kali mati, rumah cengkeh, terminal dan sampai pada lembah Waitasoi. Perjalan pada malam itu dengan kondisi cuaca yang agak mendung. Di lembah Waitasoi ternyata sudah ada pendaki-pendaki lain yang datang sejak 2 hari lalu. Memang, ini meupakan musim pendakian bagi pendaki-pendaki di Ambon. Ini sudah seperti tradisi yang kamipun tidak tau sejak kapan tradisi ini dimulai. Biasanya musim pendakian yaitu pada saat-saat pasca idul fitri (lebaran), biasanya dimulai pada hari kedua setelah lebaran sampai hari ketujuh lebaran. Rute pendakian yang biasa di lewati yaitu dari Desa Waai-Salahutu-Simalopu-Morela (Letan). Ada juga yang melakukan perjalan langsung ke Desa Morela (Letan), ada juga yang berjalan melewati pesisir pantai dari Desa Liang menuju Desa Morela (Letan). Letan merupakan sebuah lokasi perkemahan yang terletak di tepi pantai. Namun, kali ini beda pada musim-musim pendakian tahun-tahun kemarin. Kali ini kami merencanakan melintasi gunung Salahutu-Simalopu dan berakhir di Desa Morela, tepatnya di Letan.

Di lembah Waitasoi ini kami bertemu dengan tim pendaki dari Darmapala. Mereka rupanya juga merancanakan untuk melintas. Jadi terdapat dua tim yang melintasi Salahutu-Simalopu. Namun tim dari Darmapala akan melanjutkan perjalan pada malam itu juga dengan tujuan puncak salahutu dan akan bermalam di puncak. Sedangkan tim gabungan bermalam di lembah Waitasoi dan akan melanjutkan perjalan besok pagi.

Hari Kedua
Rute: Waitasoi-Puncak Salahutu-Puncak Simalopu
Pagi-pagi tim sudah bangun, masak dan sarapan pagi. Setelah sarapan tim mulai packing perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan. Tim telah siap dan akan bergerak menuju puncak Salahutu. Waktu untuk menuju puncak kurang lebih 2 jam perjalan dengan kondisi medan yang cukup mendaki. Pada awal pendakian jalan cukup menanjak dan menguras tenaga.


Tim sempat singgah di tempat peristirahatan tepat di jalan cabang menuju puncak dan turun ke Tujuh Jaga. Tujuh Jaga merupakan tempat camping yang terletak di sebuah bukit, di situ terdapat sebuah
camp yang terbuat dari papan. Setelah beristirahat sejenak, tim melanjutkan perjalanan.

Ditengah perjalanan tim bertemu dengan pendaki lain yang baru turun dari puncak Salahutu. Ternyata mereka adalah pendaki yang kemarin malam melanjutkan perjalanan ke puncak bersama-sama dengan tim dari Darmapala. Kami sempat bercerita sebentar bersama mereka tentang kodisi puncak dan kondisi perjalanan mereka. Perjalanan menuju puncak berjalan dengan aman, kami sempat beristirahat di beberapa tempat peristirahatan sementara dan mendokumentasikan gambar-gambar selama pendakian. Mendekati puncak, vegetasinya agak terbuka dengan kondisi medan yang agak landai dihiasi dengan tumbuhan-tumbuhan kerdil di kiri-kanan jalur.

Sekitar pukul 12.00 tim sampai di puncak Salahutu. Cuaca cukup panas. Ternyata tim Darmapala sudah tidak ada karena sudah melanjutkan perjalanan. Tim beristirahat sejenak untuk makan siang. Setelah selesai makan siang tim packing barang-barang dan melanjutkan perjalanan dengan tujuan puncak gunung Simalopu. Rencanaya tim akan sampai ke puncak Simalopu sebelum malam tiba kerena tim akan bermalam di puncak. Tim akan membuka jalur baru menuju Simalopu. Kami menuruni sebuah lembah kecil dan menembus hutan Salahutu. Perjalan kali ini agak sedikit lambat karena tim harus membuka jalur pendakian baru. Kurang lebih 2 jam perjalanan, di sebuah bukit dengan medan terbuka kami melihat tim dari Darmapala. Kami coba memberi kode kepada mereka dan ternyata mereka membalas kode kami. Kamipun melanjutkan perjalanan. 1 jam kemudian kami bertemu tim Darmapala. Kamipun bergabung dan menjadi satu tim. Jadi, kami satu tim berjumlah 13 orang, 4 orang diantaranya dari tim Darmapala.

Perjalanan dilanjutkan bersama-sama sambil membuka jalur baru. Menuju Simalopu kami harus naik turun beberapa bukit dengan medan yang tertutup oleh pohon-pohon. Mendekati puncak kami sempat kesulitan membuka jalur. Langit menunjukan hari akan segera malam. Kami agak mulai berjalan cepat agar tidak kemalaman. Pukul 18.00 kami berhasil menjejaki puncak Simalopu. Puncak simalopu adalah puncak tertinggi di daratan pulau Ambon.

Puncak ini lebih tinggi beberapa meter dari puncak Salahutu. Kondisi di puncak ini tidak begitu luas untuk kami mendirikan tenda. Di puncak ini terdapat Tranggulasi dengan tinggi kurang lebih 1 meter dan terdapat tulisan “Istana Raja Tapil” pada tranggulasi tersebut, sekitar 10 meter dari tranggulasi terdapat sebuah menara pemancar lengkap dengan beberapa aki. Terdapat sebuah box kecil pada pemancar, di dalamnya tertulis TNI-AD dan coretan-coretan spidol diantaranya bertuliskan tahun 1992. Dari informasi yang kami peroleh sebelumnya dari senior-senior kami di pecinta alam, bahwa terakhir pendakian yang dilakukan tahun 1990-an, setelah pendakian itu tidak ada lagi pendakian berikutnya, itu berarti kami merupakan tim pertama yang melakukan pendakian ulang pasca pendakian terakhir tersebut. Pendakian kami dilakukan pada tahun 2004.
Malam itu angin bertiup di puncak cukup kencang. Udara cukup dingin hingga menusuk tulang. setelah makan malam yang lainnya masuk ke dalam tenda dan mulai membungkuskan tubuh dengan sleeping bag untuk menghangatkan badan dan bersiap-siap untuk beristirahat tidur. Sementara yang lainnya di luar luar tenda sedang asik berdiskusi, bercerita tentang pendakian hari ini. Diterangi dengan sebuah lampu badai bersamaan di tengah-tengah kami terdapat sebuah kertas putih kertas itu merupakan sebuah peta jalur pendakian Salahutu-Simalopu yang dibuat oleh salah seorang senior di pecinta alam, peta ini dibuat dengan dasar kira-kira berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun.

Pada malam yang dingin itu di atas daratan tertinggi di pulau Ambon kami berdiskusi tentang peta tersebut, tentang jalur pendakian untuk besok. Kami sempat bingung dengan peta tersebut. Namun dengan kemampuan yang kami miliki dengan melihat kondisi dilapangan kami bisa menyesuaikan diri dan bisa membuat keputusan yang benar. Batang rokok yang ada di tangan telah mendekati puntungnya, kopi di gelas hampir kosong, kami harus tidur.

Hari Ketiga
Rute: Simalopu-Batu Dua-letan
Pukul 06.00 kami dibangunkan oleh tetesan air hujan. Rupanya pagi itu turun hujan. Pagi ini cuaca kurang bersahabat bagi kami. Setelah sarapan pagi kami langsung packing dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Perjalanan hari ini dimulai dari titik puncak menuju titik pantai yang diawali dengan menuruni gunung yang cukup terjal medannya di tambah dengan tanah yang licin setelah hujan. Tim terus berjalan. Jalur baru terus dirintis, tim terus berjalan mengikuti punggungan gunung, naik turun bukit sampai perjalanan terhenti karena dihalang jurang. Perjalanan hari ini tidak mencapai target yang kami rencanakan. Kami tersesat.

Langit telah gelap. Kami memutuskan untuk menghantikan perjalanan dan mencari lokasi camp yang aman untuk bermalam. Akhirnya kami membuat camp di dekat kali kecil. Di dekat camp, kami menemukan sebuah rumah-rumah kecil yang kosong dengan sebuah celana pendek yang tergantung. Kami yakin itu merupakan rumah-rumah yang sengaja di buat oleh para petani damar dari penduduk desa sebagai tempat beristirahat.

Tendapun didirikan. Semua berbagi tugas, ada yang masak untuk makan malam, ada yang mendirikan tenda, dan sebagian lagi masih mencoba-coba mencari petunjuk untuk mendapatkan jalur. Tenda telah berdiri, makan malampun sudah siap, semua makan bersama-sama dan setelah itu satu-satu mulai masuk ke tenda dan tidur tanpa banyak bicara, suasana menjadi hening.

Hari Keempat
Pagi ini semua bangun dengan harapan yang besar agar bisa turun sampai ke Letan hari ini. Setelah makan pagi dan packing barang-barang, semua tim mulai melanjutkan perjalanan. Hari ini kami coba mengikuti arah punggungan gunung, medannya sama dengan hari kemarin. Perjalananpun sama dengan hari kemarin, menaiki bukit, melewati sungai kecil, mengikuti punggungan gunung sampai dihentikan oleh jurang. Diperjalanan kami menemukan ‘Batu Dua’. Batu dua memang ada dalam rute yang akan kami lewati. Dalam rute yang kami rencanakan, kami juga harus melewati ‘Batu Tungku’.

Setelah sampai di Batu Dua kami meneruskan perjalanan dengan melewati sebuah bukit. Di atas sebuah bukit kami mendengar suara orang yang teriak-teriak, kami mencoba membalas dengan berteriak pula,dan mereka juga membalas. Kami saling teriak, dengan tujuan kami mau mencari tau dimana posisi mereka yang sebenarnya. Kami memperkirakan mereka adalah para petani damar. Ternyata mereka bereda di atas bukit berhadapan dengan bukit yang kami tempati.
Kami berjalan naik turun bukin bukit sampai akhirnya kami berhenti karena hari yang sudah malam. Kamipun bermalam di punggungan gunung yang lebarnya kira-kira 1 meter dan dikiri kanannya adalah jurang yang sangat dalam. Kami tidak sempat membuka tenda untuk bermalam. Kami hanya beralaskan matras saja. Malam yang mendebarkan.

Malam itu setelah makan malam kami berkumpul di tempat sempit itu bersama-sama sambil membahas perjalanan yang tadi dan merencanakan perjalanan besok. Pada suasana itu kami sempat tertawa, ini karena persediaan rokok kami telah habis, kemudian saya mempunyai inisiatif, berhubung dalam perjalanan saya mengumpulkan puntung rokok yang tersisa setiap kali aku merokok,Puntung rokok telah terkumpul kemudian diambil tembakau yang tersisa dari berbagai merek rokok. Muncul masalah baru, tidak ada kertas untuk membungkus tembakau tersebut. Muncul akal dari abang Anok, abang Anok mengeluarkan peta jalur Salahutu-Simalopu dari kantong celananya kemudia kertas tersebut di potong-potong kecil dan digunakan untuk melinting tembakau. Gokiiil….!

Hari kelima
Sudah 2 hari kami terus berputar-putar di hutan ini. Kami telah janji dengan teman-teman di Ambon untuk menjemput kami di letan karena kami merencanakan perjalanan selama 3 hari, paling lambat 4 hari kami sudah berada di Letan. Hari ini sebelum melakukan perjalanan tim di bagi menjadi 3 kelompok kecil. Kali ini kelompok-kelompok kecil ini akan mengorientasi medan, tiap kelompok dibagi-bagi medan yang akan dituju. Orientasi medan dilakukan. Kami kembali ke camp untuk melapor. Dari hasil orientasi menghasilkan beberapa opsi. Salah satu tim menemukan jalur namun di ujungnya terdapat air terjun yang sangat tinggi. Kami sempat memikirkan untuk rafling pada air terjun tersebut namun tali yang kami miliki tidak cukup dengan tinggi air terjun tersebut akhirnya kami batalkan opsi tersebut. Akhirnya kami putuskan untuk turun dengan mengambil arah sebelah kiri. Opsi yang paling terakhir adalah menemukan sungai kemudian berjalan mengikuti sungai tersebut karena kami berpikir sungai akan bermuara ke pantai juga.

Setelah berjalan berjam-jam akhirnya kami menemukan sungai, “Horeee…!”. Kami agak berbesar hati. Kami putuskan untuk berjalan mengikuti sungai berapa kilometerpun panjangnya kami akan terus ikuti dengan tujuan bisa sampai ke pantai, kalu sudah ketemu pantai itu berarti kita selamat.

Sudah 4 jam kami berjalan melewati sungai, menaiki batu-batu besar, menyeberangi sungai, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi, bangun lagi, samapi basah, bahkan kami sampai lupa istirahat untuk makan siang. Tiba-tiba di jalan kami menemukan seorang kakek-kakek tua yang sedang berjalan dari arah bawah. kami sempat tidak percaya kalau itu manusia bahkan kami tidak percaya kalu kami akan menemukan orang disini. Setelah memastikan bahwa kakek-kakek itu benar-benar orang kami langsung senang! Itu artinya kami sudah hampir sampai di perkampungan. Kamipun sempat istirahat duduk dan berbicara. Lagi-lagi anak-anak mulai “gila” karena mereka melihat sebungkus rokok merek pusaka merah milik si kakek. Tanduk merah di kepala anak-anak mulai timbul. Akal mereka kembali hadir. Kali ini untuk menaklukan kakek tersebut mereka mengeluarkan kamera rol dan mulai berfoto-foto dengan kakek tua itu berkali-kali kemudian kakek merasa terhibur dan langsung mempersilahkan anak-anak untuk menghisap rokok. Dalam hitungan detik rokok itu sudah raib dan sudah berada di bibir anak muda yang tidak bertanggung jawab. Ha…ha…ha… (lho kok jadi kayak cerpen???). Anjrit!

Kamipun pamitan dan melanjutkan perjalanan. sudah sekitar 5 jam kami menyusuri sungai kamipun sudah melewati perkebunan masyarakat, ini berarti sudah dekat kampung, ternyata betul kami sudah bertemu dengan orang-orang yang baru pulang dari kebun. Kami tidak menyangka bahwa kami nantinya akan sampai di desa Mamala. sebelum memasuki perkampungan, di jalan kami bertemu dengan teman-teman pecinta alam. Mereka rupanya akan camping di air terjun. Kami sempat bercerita dan seperti biasa kami meminta rokok dan kami diberi makanan. Kamipin akhirnya masuk ke kampung dan bertemu dengan orang-orang lain. Kami sempat di panggil oleh salah seorang warga, dia meminta kami untuk istirahat dirumahnya sebentar dan kamipun mengiyakan, siapa sangka kami langsung disuguhi teh hangat dan roti, awalnya kami pura-pura menolak namun rejeki sudah di depan mata, pamali kalau ditolak, langsung saja kami serbu!

Di desa mamala pula, bang Ali langsung sujud syukur di tengah-tengah jalanan. Bersyukur bahwa kita bisa turun sampai di perkampungan dengan selamat. Anak-anak yang lain pun bersyukur dan berdoa berterimakasih kepada Allah SWT. Selanjutnya semuanya saling berjabat tangan sambil bermaaf-maafan mumpung masih dalam suasana lebaran.
Selajutnya kami melanjutkan perjalanan ke Letan. Sementara anak-anak yang lain langsung memilih pulang ke Ambon pada hari itu juga. Di Letan sudah ada teman-teman yang sudah dua hari yang lalu menunggu disana. Perjalanan menuju letan melewati pesisir pantai. Kurang lebih 2 jam kami baru tiba di Letan. Rupanya di letan sangat ramai. Banyak anak-anak dari berbagai pecinta alam yang menanti kedatangan kami. Kamipun langsung barjabat tangan bergabung dengan mereka, merekapun bertanya-tanya banyak tentang keadaan kita dan kamipun menjelaskan apa yang sebenaranya terjadi.

Abang Amor adalah salah satu tim kami di Ambon yang merencanakan akan bertemu kami di Letan. Abang Amor sempat panik, mengapa anak-anak belum tiba di Letan pada hari yang telah ditentukan. Bang Amor sempat berpikir untuk mengirim Tim Rescue untuk mencari kita di gunung Simalopu dengan mendaki Simalopu dari Letan. (terlambat bang…!)

selanjutnya »»

Jumat, 20 Mei 2011

perawatan waterproof



kata waterproof selalu dihubungkan dengan bagian luar atau kulit luar, bisa berupa pembungkus pakaian dan banyak lagi. Secara fungsional, waterproof harus menjadi pelindung atau penahan air agar benda yang dilindunginya tidak basah.

Bagi para pegiat di alam terbuka, pemakaian bahan-bahan yang waterproof merupakan kebutuhan pokok, mulai dari ransel, tenda, sampai jas hujan dan sepatu. Bisa dibayangkan apabila barang-barang tadi tidak memakai bahan-bahan yang waterproof, mungkin kita hanya mampu berjalan satu atau dua hari saja.

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang ragam pelapis (coating) yang mampu membuat kain bisa jadi waterproof dan lebih khusus lagi pembahasan mengenai jaket yang waterproof. Pemakaian jaket selain membuat tubuh jadi hangat, juga bisa menahan air (waterproof) pada saat hujan dan mampu melindungi tubuh dari terpaan angin (windproof), sehingga kita mampu melakukan kegiatan lebih lama lagi. Jaket yang waterproof pasti windproof, tapi yang windproof belum tentu waterproof. Sayangnya, jaket yang windproof atau waterproof saja belumlah cukup, karena panas tubuh yang dikeluarkan oleh pemakai akan menjalar ke seluruh permukaan tubuh yang tertutup jaket, dampaknya terjadilah penguapan (condensation). Jika penguapan ini berlangsung lama, maka pakain kita akan basah dan tidak nyaman. Untuk menanggulangi terjadinya penguapan, para produsen mulai memikirkan cara lain, yaitu dilapisi oleh cairan yg bisa membuat pori-pori pada saat terjadi penguapan, atau istilahnya kain itu bisa bernafas (breathable). Pori-pori tersebut akan membuka pada saat pemakai jaket sudah merasa ada peningkatan suhu jika dibandingkan pada saat diam. Jadi uap panas tadi akan keluar melalui pori-pori tersebut, sehingga proses penguapan tidak sempat terjadi. Keistimewaan cairan yang akan mengeringkan dan menyerupai membran ini adalah butiran air atau terpaan angin tidak bisa masuk. Jadi, itulah jaket yang baik bagi pegiat di alam terbuka dan bisa juga dipakai oleh pengendara sepeda motor, yaitu jaket yang waterproof-windproof-breathable. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis pelapis (coating) yang mampu berfungsi sebagai waterproof-windproof-breathable.



NEOPRENE COATED Cairan karet yang akan melapisi bagian dalam kain ini mempunyai daya kedap air yang sangat tinggi dan kuat. Pelapis ini lebih dikenal dengan nama “Rubber Coating”, sifatnya sangat waterproof dan bahan karet ini menjadikan kain bertambah berat serta mempercepat tejadinya kondensasi, sehingga tidak cocok untuk jaket, baik untuk dijadikan ponco atau tarp/ply sheet.

POLYURETHANE COATED Biasa dikenal dengan P.U Coating. Jika salah satu permukaan kain dilapisi cairan kimia polyurethane, maka akan menjadikan kain ini waterproof dan windproof, tapi tidak breathable. Dengan demikian kondensasi masih tetap akan terjadi. Berbeda dengan Rubber Coating, kain yag diberi P.U Coating lebih ringan. Jika dijadikan rain coat, hanya cocok untuk menghadapi cuaca hujan rintik-rintik di musim panas.
E.X.E.A.T Coating ini terbuat dari bahan cairan kimia Hydrophilic. Peleburan yang berulang-ulang dengan cairan ini akan menghasilkan kain yang waterproof dan breathable.

HYDRO-DRY Coating yang menggunakan cairan kimia ini hampir sama dengan EXEAT, yaitu menjadikan kain waterproof dan breathable. Tetapi berdasarkan berat kainnya, HYDRO-DRY membaginya dalam 3 kategori pemakaian, yaitu : Terrain, biasa digunakan pada bahan Nylon Polyamide, baik yang Ripstop maupun anyaman biasa.
Endura, coating ini biasa dipakai pada bahan yang mengandung 100% Tactel Microfibre yang sangat kuat dan tahan sobek, tanpa batas tertentu.
Momentum, biasa digunakan pada bahan Polyester. Coating ini menawarkan keunggulan manfaat yang luar biasa, seperti praktis dalam pengepakan, tidak berisik dan mempunyai kekuatan yang sangat baik.

LOWEALPINE TRIPLE POINT CERAMIC Suatu pengembangan yang luar biasa, Polyurethane Coating dicampur dengan jutaan partikel keramik, sehingga dapat menjadi benteng penghalang bagi pori-pori kain. Komposisi ini mampu menghasilkan kain yang bisa mengeluarkan uap panas dari tubuh si pemakai, tapi air dari luar tidak bisa masuk, terlebih bagian luarnya dilabur lagi dengan Durable Water Repellecy (DWR). Berbeda dengan membran lainnya yang hanya dilabur pada permukaan kainnya saja, Triple Point Ceramic sifatnya mengikat pada setiap anyaman benang secara langsung, sehingga lapisan tersebut tidak cepat rusak atau luntur, baik pada bagian siku atau bahu.

GORE-TEX Setelah berpengalaman selama 30 tahun lebih dalam menangani masalah kain waterproof dan breathable, Gore-tex tetap menjadi nomor satu di dunia. Lapisan film yang ditebar pada salah satu permukaan kain ini terbuat dari bahan Poly Tetra Fluro Ethylene (PTFE). Kombinasi kimia yang rumit ini akan mengembang setelah terkena udara, sehingga akan menghasilkan Microporous Membrane dengan sembilan juta pori-pori pada setiap inci perseginya. Setiap pori-pori bersifat 700 kali lebih besar dari molekul uap air, tetapi 20.000 kali lebih kecil dari butiran tetesan air (hujan, dan sebagainya). Bagian kedua dari Gore-tex ini adalah polyakylene oxide, sebuah bahan yang bersifat oleophobic (oil hating) dan tahan terhadap pengaruh kontaminasi. Bahan ini bisa menjadikan kain yang Hydrophilic / Hydrophobic bisa menahan dan melepas air, contohnya : lapisan Hydrophilic pada bagian dalam mengeluarkan air ke bagian luar bahan, kemudian menangkisnya melalui lapisan Hydrophobic. Sedangkan lapisan Hydrophobic ini membantu proses anti air (waterproof), yang akan menjadikan air bergumpal seperti manik-manik yang menebar pada permukaan kain, sehingga mudah mengalir tanpa merembes ke kain utama. Sistem ini yang ikut membantu terjadinya proses pernafasan (Breathability). Ada kelamahan dari bahan Gore-tex ini, yaitu umurnya pendek, sehingga perlu dilapisi berulang-ulang, kalau tidak, sudah pasti akan mengurangi tingkat breathability-nya. Lapisan PTFE pada Gore-tex sangat tipis dan lembut, sehingga dibutuhkan lapisan pelindung (layer) supaya tidak mudah rusak dan menambah kuat terhadap friksi / gesekan dari kulit yang ditimbulkan oleh si pemakai. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pemakaiannya Gore-tex membaginya dalam kategori :
3-Ply Garment Komposisi ini menghasilkan kain menjadi tiga lapis, yaitu kain dasar dilapis dengan PTFE, kemudian dilapis lagi dengan Nylon yang lembut.
2-Ply Garment Proses pembuatan lapisan pertama dan kedua (kain dasar+PTFE), sama seperti 3-Ply Garment, tapi pada kain jenis ini tidak diberi lagi Nylon yang lembut sebagai pelindung yang melekat pada membran PTFE, melainkan terpisah, bisa memaki Nylon Mesh atau bahan tipis (puring). 2-Ply Garment biasanya dipakai pada jaket-jaket untuk kegiatan yang bersita bergerak cepat, seperti ski es atau lari lintas bukit, karena uap panas yang dikeluarkan oleh tubuh akan cepat keluar melalui pori-pori membran dari kain dasar. Sedangkan 3-Ply Garment lebih cocok untuk kegiatan pendakian gunung di atas 8.000 meter atau untuk penjelajahan di padang es Antartika.

Setelah kita mendapatkan kain yang waterproof, windproof dan breathable, ternyata kita belum aman dari rembesan air hujan. Setiap tindik jahitan akan mengakibatkan kebocoran (konalisasi), cara penanggulangannya yaitu dengan ditutup pelapis dari bahan plastik (seam sealing), sehingga air apapun tidak akan merembes lagi melalui jahitan tersebut.

Technical Rainsuit Technical Rainsuit yang layak digunakan untuk daerah tropis. Dengan menggunakan bahan Nylon Ripstop yang bagian dalamnya dilabur dengan Microporous Membrane, menjadikan bahan ini breathable. Sedangkan bagian luarnya diberi Coating Water Repellence, menjadikan kainnya kedap air. Untuk setiap jahitannya selalu ditutup dengan teknologi seam sealing, guna mengantisipasi kebocoran dari setiap jahitannya.

Untuk Tenda, Poncho, Ransel, & Sleeping Bag
Sering kali kita dikecewakan oleh peralatan kita seperti tenda, poncho, ransel, dan sleeping bag. Pasalnya peralatan tersebut baru saja kita beli dan setelah dua sampai tiga kali kita pakai, peralatan tersebut sudah kehilangan anti airnya. Nah, berangkat dari pengalaman tersebut kami ingin membagi ilmu. Bagaimana caranya mengembalikan anti air tersebut.

*Jurus Pertama
Sediakan 100 gram tawas (aulin), 200 gram loodacetat. Masing-masing dilarutkan dalam 1,5 liter air dan didiamkan selama 12 jam. Setelah itu campurkan bagian jernih dari kedua larutan itu. Kemudian setelah kotoran-kotorannya dibuang, pada campuran itu tambahkan 3 liter air lagi.
Nah, anda dapat mulai memasukkan peralatan yang telah dicuci bersih. Diamkan selama 24 jam. Jangan lupa balikkan peralatan tersebut agar basahnya merata. Keringkan peralatan tersebut tanpa diperas dan anda telah memiliki peralatan yang anti air kembali.

*Jurus kedua
Sediakan 25 gram sabun cuci, 25 gram agar-agar, 1,5 liter air panas dan 25 gram tawas. Larutkan sabun dan agar-agar tersebut dalam air panas yang telah disediakan tadi. Setelah hancur tambahkan 2 liter air dingin.
Masukan ransel yang telah dicuci dan direndam selama 24 jam. Keringkan tanpa diperas dan jemurlah hingga kering.

selanjutnya »»

Kamis, 12 Mei 2011

JEJAK BINAYA





PPSWPA-KANAL Gelar Jejak Binaya Adventure


SALAM LESTARI.....!!!

Kesempatan langka mendaki gunung di Timur Indonesia. Kelompok Pecinta Alam (KPA) PPSWPA-KANAL yang bermarkas di Ambon, Provinsi Maluku, dengan ini mengundang kawan-kawan Pecinta Alam (KPA & MAPALA) dan komunitas pendaki dari seluruh Indonesia, untuk mengikuti kegiatan pendakian Gunung Binaya di Pulau Seram, Provinsi Maluku.

Bila anda benar-benar ingin berpetualang, maka ini adalah kesempatannya. Jejak Binaya Adventure bukan saja ajang uji fisik, tapi juga uji mental dan nyali anda. KANAL memberikan kesempatan dan kemudahan, khususnya kepada kawan-kawan luar Maluku untuk mendaki gunung yang masuk dalam jajaran The Seven Summits of Indonesia ini. Segera mendaftar, peserta terbatas!


JENIS KEGIATAN
•> Pendakian Gunung Binaya 0-3027 MDPL (naik dari titik O MDPL)
•> Upacara Hari Kesatuan Nasional 13 Desember di puncak Binaya
•> Bakti Sosial di suku pedalaman pulau Seram pada jalur pendakian
•> Operasi Bersih Sampah
•> Wisata Pantai dan Caving
•> Pentas Musik Hijau dan Musikalisasi Puisi
•> Peluncuran buku


PELAKSANAAN
29 November s/d 18 Desember 2011


JALUR PERJALANAN DAN PENDAKIAN
Start dari Pattimura Park (Ambon). Ambon–Tulehu. Tulehu–Amahai (transportasi laut). Amahai–Tehoru. Tehoru–Moso (transportasi laut). Moso–Sinari-Manusela–Marai​na–Silumena–Kanike–Puncak Binaya–Kanike–Roho–Hoaulu–​Sawai–Amahai. Amahai-Liang (transportasi laut). Liang-Ambon


TEKNIS PENDAFTARAN
• Peserta terbuka untuk organisasi Pecinta Alam dan Pegiat Alam Bebas di seluruh Indonesia.
• Dibatasi satu organisasi mengirim 2 anggotanya (1 tim). Demi keamanan dan kenyamanan, kami membatasi total peserta hanya 80 orang saja.
• Peserta wajib melampirkan surat rekomendasi dari organisasi asal
• Biaya pendaftaran sebesar Rp.800.000/tim (2 orang), dan dikirim melalui
- Rekening : BRI Cabang Ambon
- Atas nama : BUDI HERMAN
- No. Rekening : 056201022019508
• Peserta membayar biaya keikutsertaan sesuai ketentuan yang berlaku paling lambat tanggal 10 November 2011.
• Peserta diharapkan tidak memiliki penyakit khusus (asma, hipertensi, jantung, diabetes dan epilepsy).
• Untuk calon peserta dari luar Maluku bisa melakukan koordinasi dengan panitia tentang hal pemberangkaatan maupun teknis pelaksanaan kegiatannya.
• Technical meeting dilaksanakan tanggal 28 November 2011 di Ambon (tempat akan ditentukan), untuk itu diharapkan peserta dari luar Maluku tiba di Ambon paling lambat 28 November siang. (akomodasi dua hari sebelum kegiatan disiapkan panitia)
• Masing-masing peserta melampirkan identitas diri (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa) 1 Lembar dan pas photo warna 3 x 4 (2 lembar).


FASILITAS
•> Akomodasi selama 4 hari di Ambon (pra dan paska kegiatan)
•> Transportasi laut dan darat dari Pulau Ambon–Pulau Seram PP
•> Retribusi pendakian
•> Biaya guide
•> Sertifikat / orang
•> T-Shirt / orang
•> Embleng Summit/ orang (bagi yang mencapai puncak Binaya)
•> Sticker / orang
•> Poster
•> Wisata Pantai dan Caving
•> Atraksi budaya "Bambu Gila"
•> Dokumentasi
•> Door Prize (tiket pesawat pulang ke daerah asal untuk 1 tim (2 orang) dari luar Maluku serta hadiah menarik lainnya)


PERLENGKAPAN WAJIB PESERTA
* Backpack min. 90 liter
* Jaket (pakaian hangat)
* Senter/headlamp/lampu badai/ alat penerangan lainnya
* Jas hujan/ponco/raincoat
* Slipping Bag (Kantong tidur)
* Matras
* Logistik/makanan selama di pendakian berjalan
* Obat–obatan pribadi
* Makanan kecil atau snack selama pendakian
* Tenda Dome (max. Kapasitas 4 orang)
* Perlengkapan masak + makan
* Webbing/orang (-)
* Carabiner/orang (-)
* Sarung tangan
* Sepatu trekking
* Kaos kaki secukupnya
* Pakaian secukupnya disesuaikan dengan lama berpetualang/pendakian
* Sunglass, topi rimba
* Perlengkapan lainnya sesuai kebutuhan

(-) Bagi peserta serta yang tidak mempunyai perlengkapan dimaksud, wajib untuk memberitahukan kepada panitia.


KONFIRMASI PENDAFTARAN:
Seluruh peserta harap melakukan konfirmasi sebelum tgl 10 November 2011. Bagi yang melewati batas pendaftaran diharapkan menghubungi panitia, paling lambat tiga hari, terhitung dari tanggal jatuh tempo batas pendaftaran. Jika tidak ada konfirmasi maka dianggap BATAL.


PEMBATALAN:
Setiap peserta yang telah menstransfer biaya pendaftaran harap memperlihatkan struk transfer saat registrasi peserta di Ambon. Bagi yang melakukan pembatalan maka:
1). Pembatalan 1 minggu sebelum acara pembukaan dikenakan biaya 50% dari total biaya pendaftaran.
2). Pembatalan 4 - 3 hari sebelum acara pembukaan dikenakan biaya 75% dari total biaya pendaftaran.
3). Pembatalan 2 hari sebelum acara pembukaan dikenakan biaya 100%.


TEMPAT DAN TANGGAL PEMBERANGKATAN:
Untuk kedatangan peserta luar Maluku menggunakan pesawat terbang pada tanggal 27 & 28 November 2011, panitia menyediakan transportasi dari Airport menuju Ambon (pemondokan sementara).


KETERANGAN LAIN-LAIN:
> Karena kegiatan ini adalah benar-benar petualangan dengan track pendakian yang panjang, menggunakan jalur ekspedisi, sehingga peserta diharapkan membawa logistik lapangan selama pendakian untuk 18 hari + 2 hari cadangan.
> Peserta diharapkan siap baik fisik maupun mental, juga siap dengan logistik dan perlengkapan lapangan sesuai dengan arahan panitia.
> Bagi peserta yang ingin mengetahui informasi & perkembangan lainnya maka silahkan untuk menghubungi:
• Budi : 085243860046
• Adzan : 085243142433
• Yupank : 085243432929



Ttd.
M. AZIS TUNNY
Ketua Pelaksana

selanjutnya »»