Senin, 23 Mei 2011

PENDAKIAN SALAHUTU-SIMALOPU.....!!! TAHUN 2004




Deskripsi:
Gunung Salahutu memiliki ketinggian 1.038 Mdpl. Gunung Salahutu bukan merupakan gunung berapi. Terletak di kabupaten Maluku tengah, kecamatan Salahutu, Desa Waai. sedangkan Gunung Simalopu memiliki ketinggian lebih tinggi dari Puncak gunung Salahutu. Gunung Simalopu bukan merupakan gunung berapi. Terletak di kabupaten Maluku tengah, kecamatan jazirah Leihitu.

Akses:
Keberangkatan: Dari terminal mardika Ambon naik angkot jurusan Desa Waai. Tarif/orang Rp. 10.000.- Kepulangan: Dari Desa Morela naik bus jurusan terminal mardika Ambon. Tarif/orang Rp.10. 000.-

Hari Pertama
Rute: Desa Waai-Waitasoi
Tim gabungan ini berjumlah 9 orang terdiri dari saya,Anok, Naser, Yas, Odang, Bayu,Hery dan dua orang yang saya lupa namanya. Tim berkumpul dan dilepas keberangkatan dari sekertariat Antegpala di Galunggung, kemudian berjalan menuju terminal mardika. Dari terminal mardika tim naik angkutan umum menuju Desa Tulehu. Perjalanan dimulai dari Desa Tulehu. Tim berjalan kaki melewati jalan raya Tulehu menuju Desa Waai. Setelah sampai di Desa Waai, kami melakukan persiapan terakhir sebelum memulai pendakian. Tim berkumpul di tepi jalan raya dan berdoa sebelum memulai pendakian.

Perjalanan untuk hari pertama dengan target tujuan adalah Wasitasoi. Perjalanan dilakukan pada malam hari dengan melewati beberapa tempat persinggahan diantaranya kali mati, rumah cengkeh, terminal dan sampai pada lembah Waitasoi. Perjalan pada malam itu dengan kondisi cuaca yang agak mendung. Di lembah Waitasoi ternyata sudah ada pendaki-pendaki lain yang datang sejak 2 hari lalu. Memang, ini meupakan musim pendakian bagi pendaki-pendaki di Ambon. Ini sudah seperti tradisi yang kamipun tidak tau sejak kapan tradisi ini dimulai. Biasanya musim pendakian yaitu pada saat-saat pasca idul fitri (lebaran), biasanya dimulai pada hari kedua setelah lebaran sampai hari ketujuh lebaran. Rute pendakian yang biasa di lewati yaitu dari Desa Waai-Salahutu-Simalopu-Morela (Letan). Ada juga yang melakukan perjalan langsung ke Desa Morela (Letan), ada juga yang berjalan melewati pesisir pantai dari Desa Liang menuju Desa Morela (Letan). Letan merupakan sebuah lokasi perkemahan yang terletak di tepi pantai. Namun, kali ini beda pada musim-musim pendakian tahun-tahun kemarin. Kali ini kami merencanakan melintasi gunung Salahutu-Simalopu dan berakhir di Desa Morela, tepatnya di Letan.

Di lembah Waitasoi ini kami bertemu dengan tim pendaki dari Darmapala. Mereka rupanya juga merancanakan untuk melintas. Jadi terdapat dua tim yang melintasi Salahutu-Simalopu. Namun tim dari Darmapala akan melanjutkan perjalan pada malam itu juga dengan tujuan puncak salahutu dan akan bermalam di puncak. Sedangkan tim gabungan bermalam di lembah Waitasoi dan akan melanjutkan perjalan besok pagi.

Hari Kedua
Rute: Waitasoi-Puncak Salahutu-Puncak Simalopu
Pagi-pagi tim sudah bangun, masak dan sarapan pagi. Setelah sarapan tim mulai packing perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan. Tim telah siap dan akan bergerak menuju puncak Salahutu. Waktu untuk menuju puncak kurang lebih 2 jam perjalan dengan kondisi medan yang cukup mendaki. Pada awal pendakian jalan cukup menanjak dan menguras tenaga.


Tim sempat singgah di tempat peristirahatan tepat di jalan cabang menuju puncak dan turun ke Tujuh Jaga. Tujuh Jaga merupakan tempat camping yang terletak di sebuah bukit, di situ terdapat sebuah
camp yang terbuat dari papan. Setelah beristirahat sejenak, tim melanjutkan perjalanan.

Ditengah perjalanan tim bertemu dengan pendaki lain yang baru turun dari puncak Salahutu. Ternyata mereka adalah pendaki yang kemarin malam melanjutkan perjalanan ke puncak bersama-sama dengan tim dari Darmapala. Kami sempat bercerita sebentar bersama mereka tentang kodisi puncak dan kondisi perjalanan mereka. Perjalanan menuju puncak berjalan dengan aman, kami sempat beristirahat di beberapa tempat peristirahatan sementara dan mendokumentasikan gambar-gambar selama pendakian. Mendekati puncak, vegetasinya agak terbuka dengan kondisi medan yang agak landai dihiasi dengan tumbuhan-tumbuhan kerdil di kiri-kanan jalur.

Sekitar pukul 12.00 tim sampai di puncak Salahutu. Cuaca cukup panas. Ternyata tim Darmapala sudah tidak ada karena sudah melanjutkan perjalanan. Tim beristirahat sejenak untuk makan siang. Setelah selesai makan siang tim packing barang-barang dan melanjutkan perjalanan dengan tujuan puncak gunung Simalopu. Rencanaya tim akan sampai ke puncak Simalopu sebelum malam tiba kerena tim akan bermalam di puncak. Tim akan membuka jalur baru menuju Simalopu. Kami menuruni sebuah lembah kecil dan menembus hutan Salahutu. Perjalan kali ini agak sedikit lambat karena tim harus membuka jalur pendakian baru. Kurang lebih 2 jam perjalanan, di sebuah bukit dengan medan terbuka kami melihat tim dari Darmapala. Kami coba memberi kode kepada mereka dan ternyata mereka membalas kode kami. Kamipun melanjutkan perjalanan. 1 jam kemudian kami bertemu tim Darmapala. Kamipun bergabung dan menjadi satu tim. Jadi, kami satu tim berjumlah 13 orang, 4 orang diantaranya dari tim Darmapala.

Perjalanan dilanjutkan bersama-sama sambil membuka jalur baru. Menuju Simalopu kami harus naik turun beberapa bukit dengan medan yang tertutup oleh pohon-pohon. Mendekati puncak kami sempat kesulitan membuka jalur. Langit menunjukan hari akan segera malam. Kami agak mulai berjalan cepat agar tidak kemalaman. Pukul 18.00 kami berhasil menjejaki puncak Simalopu. Puncak simalopu adalah puncak tertinggi di daratan pulau Ambon.

Puncak ini lebih tinggi beberapa meter dari puncak Salahutu. Kondisi di puncak ini tidak begitu luas untuk kami mendirikan tenda. Di puncak ini terdapat Tranggulasi dengan tinggi kurang lebih 1 meter dan terdapat tulisan “Istana Raja Tapil” pada tranggulasi tersebut, sekitar 10 meter dari tranggulasi terdapat sebuah menara pemancar lengkap dengan beberapa aki. Terdapat sebuah box kecil pada pemancar, di dalamnya tertulis TNI-AD dan coretan-coretan spidol diantaranya bertuliskan tahun 1992. Dari informasi yang kami peroleh sebelumnya dari senior-senior kami di pecinta alam, bahwa terakhir pendakian yang dilakukan tahun 1990-an, setelah pendakian itu tidak ada lagi pendakian berikutnya, itu berarti kami merupakan tim pertama yang melakukan pendakian ulang pasca pendakian terakhir tersebut. Pendakian kami dilakukan pada tahun 2004.
Malam itu angin bertiup di puncak cukup kencang. Udara cukup dingin hingga menusuk tulang. setelah makan malam yang lainnya masuk ke dalam tenda dan mulai membungkuskan tubuh dengan sleeping bag untuk menghangatkan badan dan bersiap-siap untuk beristirahat tidur. Sementara yang lainnya di luar luar tenda sedang asik berdiskusi, bercerita tentang pendakian hari ini. Diterangi dengan sebuah lampu badai bersamaan di tengah-tengah kami terdapat sebuah kertas putih kertas itu merupakan sebuah peta jalur pendakian Salahutu-Simalopu yang dibuat oleh salah seorang senior di pecinta alam, peta ini dibuat dengan dasar kira-kira berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun.

Pada malam yang dingin itu di atas daratan tertinggi di pulau Ambon kami berdiskusi tentang peta tersebut, tentang jalur pendakian untuk besok. Kami sempat bingung dengan peta tersebut. Namun dengan kemampuan yang kami miliki dengan melihat kondisi dilapangan kami bisa menyesuaikan diri dan bisa membuat keputusan yang benar. Batang rokok yang ada di tangan telah mendekati puntungnya, kopi di gelas hampir kosong, kami harus tidur.

Hari Ketiga
Rute: Simalopu-Batu Dua-letan
Pukul 06.00 kami dibangunkan oleh tetesan air hujan. Rupanya pagi itu turun hujan. Pagi ini cuaca kurang bersahabat bagi kami. Setelah sarapan pagi kami langsung packing dan bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Perjalanan hari ini dimulai dari titik puncak menuju titik pantai yang diawali dengan menuruni gunung yang cukup terjal medannya di tambah dengan tanah yang licin setelah hujan. Tim terus berjalan. Jalur baru terus dirintis, tim terus berjalan mengikuti punggungan gunung, naik turun bukit sampai perjalanan terhenti karena dihalang jurang. Perjalanan hari ini tidak mencapai target yang kami rencanakan. Kami tersesat.

Langit telah gelap. Kami memutuskan untuk menghantikan perjalanan dan mencari lokasi camp yang aman untuk bermalam. Akhirnya kami membuat camp di dekat kali kecil. Di dekat camp, kami menemukan sebuah rumah-rumah kecil yang kosong dengan sebuah celana pendek yang tergantung. Kami yakin itu merupakan rumah-rumah yang sengaja di buat oleh para petani damar dari penduduk desa sebagai tempat beristirahat.

Tendapun didirikan. Semua berbagi tugas, ada yang masak untuk makan malam, ada yang mendirikan tenda, dan sebagian lagi masih mencoba-coba mencari petunjuk untuk mendapatkan jalur. Tenda telah berdiri, makan malampun sudah siap, semua makan bersama-sama dan setelah itu satu-satu mulai masuk ke tenda dan tidur tanpa banyak bicara, suasana menjadi hening.

Hari Keempat
Pagi ini semua bangun dengan harapan yang besar agar bisa turun sampai ke Letan hari ini. Setelah makan pagi dan packing barang-barang, semua tim mulai melanjutkan perjalanan. Hari ini kami coba mengikuti arah punggungan gunung, medannya sama dengan hari kemarin. Perjalananpun sama dengan hari kemarin, menaiki bukit, melewati sungai kecil, mengikuti punggungan gunung sampai dihentikan oleh jurang. Diperjalanan kami menemukan ‘Batu Dua’. Batu dua memang ada dalam rute yang akan kami lewati. Dalam rute yang kami rencanakan, kami juga harus melewati ‘Batu Tungku’.

Setelah sampai di Batu Dua kami meneruskan perjalanan dengan melewati sebuah bukit. Di atas sebuah bukit kami mendengar suara orang yang teriak-teriak, kami mencoba membalas dengan berteriak pula,dan mereka juga membalas. Kami saling teriak, dengan tujuan kami mau mencari tau dimana posisi mereka yang sebenarnya. Kami memperkirakan mereka adalah para petani damar. Ternyata mereka bereda di atas bukit berhadapan dengan bukit yang kami tempati.
Kami berjalan naik turun bukin bukit sampai akhirnya kami berhenti karena hari yang sudah malam. Kamipun bermalam di punggungan gunung yang lebarnya kira-kira 1 meter dan dikiri kanannya adalah jurang yang sangat dalam. Kami tidak sempat membuka tenda untuk bermalam. Kami hanya beralaskan matras saja. Malam yang mendebarkan.

Malam itu setelah makan malam kami berkumpul di tempat sempit itu bersama-sama sambil membahas perjalanan yang tadi dan merencanakan perjalanan besok. Pada suasana itu kami sempat tertawa, ini karena persediaan rokok kami telah habis, kemudian saya mempunyai inisiatif, berhubung dalam perjalanan saya mengumpulkan puntung rokok yang tersisa setiap kali aku merokok,Puntung rokok telah terkumpul kemudian diambil tembakau yang tersisa dari berbagai merek rokok. Muncul masalah baru, tidak ada kertas untuk membungkus tembakau tersebut. Muncul akal dari abang Anok, abang Anok mengeluarkan peta jalur Salahutu-Simalopu dari kantong celananya kemudia kertas tersebut di potong-potong kecil dan digunakan untuk melinting tembakau. Gokiiil….!

Hari kelima
Sudah 2 hari kami terus berputar-putar di hutan ini. Kami telah janji dengan teman-teman di Ambon untuk menjemput kami di letan karena kami merencanakan perjalanan selama 3 hari, paling lambat 4 hari kami sudah berada di Letan. Hari ini sebelum melakukan perjalanan tim di bagi menjadi 3 kelompok kecil. Kali ini kelompok-kelompok kecil ini akan mengorientasi medan, tiap kelompok dibagi-bagi medan yang akan dituju. Orientasi medan dilakukan. Kami kembali ke camp untuk melapor. Dari hasil orientasi menghasilkan beberapa opsi. Salah satu tim menemukan jalur namun di ujungnya terdapat air terjun yang sangat tinggi. Kami sempat memikirkan untuk rafling pada air terjun tersebut namun tali yang kami miliki tidak cukup dengan tinggi air terjun tersebut akhirnya kami batalkan opsi tersebut. Akhirnya kami putuskan untuk turun dengan mengambil arah sebelah kiri. Opsi yang paling terakhir adalah menemukan sungai kemudian berjalan mengikuti sungai tersebut karena kami berpikir sungai akan bermuara ke pantai juga.

Setelah berjalan berjam-jam akhirnya kami menemukan sungai, “Horeee…!”. Kami agak berbesar hati. Kami putuskan untuk berjalan mengikuti sungai berapa kilometerpun panjangnya kami akan terus ikuti dengan tujuan bisa sampai ke pantai, kalu sudah ketemu pantai itu berarti kita selamat.

Sudah 4 jam kami berjalan melewati sungai, menaiki batu-batu besar, menyeberangi sungai, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi, bangun lagi, samapi basah, bahkan kami sampai lupa istirahat untuk makan siang. Tiba-tiba di jalan kami menemukan seorang kakek-kakek tua yang sedang berjalan dari arah bawah. kami sempat tidak percaya kalau itu manusia bahkan kami tidak percaya kalu kami akan menemukan orang disini. Setelah memastikan bahwa kakek-kakek itu benar-benar orang kami langsung senang! Itu artinya kami sudah hampir sampai di perkampungan. Kamipun sempat istirahat duduk dan berbicara. Lagi-lagi anak-anak mulai “gila” karena mereka melihat sebungkus rokok merek pusaka merah milik si kakek. Tanduk merah di kepala anak-anak mulai timbul. Akal mereka kembali hadir. Kali ini untuk menaklukan kakek tersebut mereka mengeluarkan kamera rol dan mulai berfoto-foto dengan kakek tua itu berkali-kali kemudian kakek merasa terhibur dan langsung mempersilahkan anak-anak untuk menghisap rokok. Dalam hitungan detik rokok itu sudah raib dan sudah berada di bibir anak muda yang tidak bertanggung jawab. Ha…ha…ha… (lho kok jadi kayak cerpen???). Anjrit!

Kamipun pamitan dan melanjutkan perjalanan. sudah sekitar 5 jam kami menyusuri sungai kamipun sudah melewati perkebunan masyarakat, ini berarti sudah dekat kampung, ternyata betul kami sudah bertemu dengan orang-orang yang baru pulang dari kebun. Kami tidak menyangka bahwa kami nantinya akan sampai di desa Mamala. sebelum memasuki perkampungan, di jalan kami bertemu dengan teman-teman pecinta alam. Mereka rupanya akan camping di air terjun. Kami sempat bercerita dan seperti biasa kami meminta rokok dan kami diberi makanan. Kamipin akhirnya masuk ke kampung dan bertemu dengan orang-orang lain. Kami sempat di panggil oleh salah seorang warga, dia meminta kami untuk istirahat dirumahnya sebentar dan kamipun mengiyakan, siapa sangka kami langsung disuguhi teh hangat dan roti, awalnya kami pura-pura menolak namun rejeki sudah di depan mata, pamali kalau ditolak, langsung saja kami serbu!

Di desa mamala pula, bang Ali langsung sujud syukur di tengah-tengah jalanan. Bersyukur bahwa kita bisa turun sampai di perkampungan dengan selamat. Anak-anak yang lain pun bersyukur dan berdoa berterimakasih kepada Allah SWT. Selanjutnya semuanya saling berjabat tangan sambil bermaaf-maafan mumpung masih dalam suasana lebaran.
Selajutnya kami melanjutkan perjalanan ke Letan. Sementara anak-anak yang lain langsung memilih pulang ke Ambon pada hari itu juga. Di Letan sudah ada teman-teman yang sudah dua hari yang lalu menunggu disana. Perjalanan menuju letan melewati pesisir pantai. Kurang lebih 2 jam kami baru tiba di Letan. Rupanya di letan sangat ramai. Banyak anak-anak dari berbagai pecinta alam yang menanti kedatangan kami. Kamipun langsung barjabat tangan bergabung dengan mereka, merekapun bertanya-tanya banyak tentang keadaan kita dan kamipun menjelaskan apa yang sebenaranya terjadi.

Abang Amor adalah salah satu tim kami di Ambon yang merencanakan akan bertemu kami di Letan. Abang Amor sempat panik, mengapa anak-anak belum tiba di Letan pada hari yang telah ditentukan. Bang Amor sempat berpikir untuk mengirim Tim Rescue untuk mencari kita di gunung Simalopu dengan mendaki Simalopu dari Letan. (terlambat bang…!)

3 komentar:

  1. mendaki memang hal yang sangat menyenangkan. sekitar tahun 2012, saya dan beberapa teman pun mendaki gunung salahutu. itu pengalaman mendaki saya yang pertama kali.

    dan hari ini, saat saya berkomentar untuk blog ini pun, kami telah menyiapkan pendakian yang sama di gunung yang sama.

    salam kenal: bilalrevusi.blogspot.com

    BalasHapus
  2. terimah kasih untuk infonya bang sya baru habis diklat lokasinya di tijuh jaga dan sya mau lintas jalur yang di informasikan

    BalasHapus
  3. Luar biasa pengen kesana saya. Salam Hormat anak rantau dari Bangka Belitung

    BalasHapus